Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel
Bernard Batubara.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Ingatkah kamu ? Tentang pertemuan pertama kita
yang tak disengaja namun terencana dengan indah oleh Tuhan. Di sebuah warnet
yang kala itu menjadi tempat favorit anak muda. Iya, 4 tahun yang lalu kita
dipertemukan.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Terkadang aku suka tersenyum sendiri ketika memori
otakku tak sengaja memutar moment di mana kamu mengirimkan sebuah pesan singkat
yang meminta sekaligus memohon. Dan aku dengan sigap menjawab ‘iya’ sebuah
pengalaman baru, menjalin hubungan pertama dengan seorang pria yang tak pernah
kusangka sebelumnya.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Ingatkah kamu saat pertemuan kita yang kedua,
ketiga, dan kesekian kalinya. Kita masih merasa malu untuk memulai obrolan. Malah
tak jarang kita hanya bertemu dan membisu, tanpa mengucap sepatah kata. Namun
hanya dengan begitu, aku cukup merasa bahagia. Bertemu dengan sosok yang mampu
merampas hatiku.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Dengan usia yang masih labil untuk memulai sebuah
hubungan tentu sangatlah menggelikan. Apalagi dengan pemikiran kita yang masih
kekanak-kanakan kala itu. Dengan mudah salah satu dari kita mengucap ‘putus’
lalu ‘balikan’. Lalu dengan mudah pula salah satu dari kita merasa tersakiti.
Hingga akhirnya kita tak menjalin kontak cukup lama.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Secara tak sadar aku selalu mencari kabar
tentangmu. Tentang siapa gadis yang sedang menjadi dambaanmu setelah aku. Namun
tak pernah kutemui nama selainku yang pernah menjalin hubungan denganmu. Apakah
aku terlalu kejam ? Atau, hanya kamu saja yang terlalu susah membuka hati untuk
orang baru ? Entahlah, yang aku tau kau benar-benar sosok pria yang setia
setelah dua tahun kemudian kau memintaku lagi untuk menjadi bagian hidupmu.
Bahkan ketika aku sudah berkali-kali menjalin hubungan dengan pria lain. Dan
kamu ? Baru memiliki satu mantan. Aku
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Tanpa sengaja aku melihatmu berlatih dance bersama
beberapa temanmu. Dengan mudah aku menemukanmu hanya dengan melihat tubuh
jakungmu. Ha ha ha. Aku begitu merindukan sosok itu. Sosok paling tinggi
diantara teman-temanmu.
Teruntuk kamu, mantan pertamaku
Terkadang, aku merindukan sikap dinginmu. Sikap
dingin yang dibaliknya dapat kutemui hangatnya kepedulianmu. Aku merindukan
sikap dewasamu, sikap yang berhasil membuatku merasa nyaman dengan nasehat
sederhanamu.
Teruntuk kamu, Bintaroni..
Sebuah nama yang hingga saat ini masih sangat aku
hafal. Sebuah nama yang sering membuatku tersenyum sendiri. Sebuah nama yang
dengan otomatis memutar beberapa moment masa lalu kita. Sebuah nama yang
pemiliknya berhasil merampas hatiku, dulu.. Dan mungkin, kini.
aiihhhh~ gue setelah baca ini malah inget mantan gue yang pertama hehehe..
ReplyDeletewaduh flashback ya kak ehehe
DeleteBintaroni? Kok namanya kaya nama kota gitu?
ReplyDeleteBintaro -_- daerah jabar itu kan kayanya
DeleteNice.
ReplyDeleteAh, manis banget suratnya hehehe kadang yang pertama memang selalu lebih ngena di hati ya. Banyak selipan-selipan kangen nih di setiap kalimatnya hihihi.
ReplyDeleteBaru pertama kali ke sini nih. Salam kenal ya :))
hehe iya makasih ya :) sering2 mampir ke sini ^^
DeleteOke salam kenal juga