18/03/2014

Meracik rindu (Puisi)


Mampirlah sebentar, Tuan.

Hendak ku suguhkan secangkir kopi hitam, beralaskan cawan

Teguklah sedikit agar kau tak terlalu letih,

berjalan beriringan dengan kepergian

Kemarilah sebentar..

Duduklah bersandar pada rongga hatiku,

Tak inginkah kau mencicipi kopi yang kuracik untukmu ?

Sejumput cinta yang ku campur dengan rindu dan sendu,

Ku aduk rata bersama hangat sapamu

Pelan, ku tuang pada cangkir kenangan

Menghadirkan semerbak aroma nestapa..

Lalu kita seduh bersama di tengah sejuknya selasar jiwa

9 comments:

  1. Waw..
    Nice poem ...
    ternyata juga suka puisi ya .. :)

    kopi ... oh.. kopi ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi makasih kak. Iya suka kak. Kebetulan suka sama sastra hehe :))

      Delete
  2. Aku akan mampir, Nona !

    Tapi tidak untuk sebentar,

    melainkan menjadikanmu detak jantung yang bergetar.

    Dan, Nona. Kopi yang kau suguhkan ini,

    Kuharap adalah kopi yang tak lagi pahit karena kenangan,

    Melainkan manis karena apa yang akan kita rencanakan.

    Terima kasih, Nona. Untuk pertemuan yang direncanakan dan kopi yang menghangatkan ini.
    ---------------------------------------------------------------------------------------------

    hehehe... Btw, puisi yang bagus Nona, Kapan - kapan bisa nih kalau duet baca puisi.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wadaw, puisinya di bales >< haha. Keren loh kak. Btw akasih ya, haha iya boleh kapan2

      Delete
  3. waduh faya, puisinya kerend..

    aku udah follow blognya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih :) hehe. Iya sering2 mampir baca ya

      Delete
    2. mampir balik dong. folback nya.. mana

      Delete